Minggu, 11 Mei 2014

ABRASI PANTAI DI PULAU RANGSANG
BUTUH PENANGANAN SERIUS

Kabupaten Kepulauan Meranti yang terdiri dari tiga pulau besar yaitu Merbau, Rangsang dan Tebing Tinggi merupakan kabupaten terluar dari Propinsi Riau. Sebagai daerah yang berhubungan langsung dengan lautan lepas, abrasi pantai merupakan masalah pelik yang dihadapi dan butuh penanganan khusus.
Masalah abrasi pantai khususnya di Pulau Rangsang di beberapa titik terjadi hingga 10 meter dalam satu tahun.   Selain akibat gelombang pasang air laut, abrasi ini  juga terjadi akibat gelombang lalu lintas kapal yang rutin melewati selat air hitam. Dampak paling besar akibat Abrasi ini dapat dilihat di desa desa yang behadapan langsung dengan selat Malaka, seperti desa Sungai Gayung Kiri dan Desa Tanjung Medang. Di desa tersebut pada saat surut, jarak pantai dari pinggir tebing hingga lautan mencapai 1 (satu) kilometer. Dan jarak ini terus bertambah akibat daratan yang terkikis.

    Pantai di desa Sungai Gayung Kiri

 Jalan Pelantar di Pelabuhan Tj Samak, tampak cerocok tapak pondasi akibat abrasi

 Tanaman Bakau tidak cukup menahan abrasi  pantai, dibutuhkan tembok penahan tanah


*Bupati Kepulauan Meranti, Irwan Nasir MSi belum lama ini mengatakan, luasnya sebaran abrasi yang menghantam pulau-pulau terluar menyebabkan Pemkab Meranti kewalahan.
Tidak hanya pada persoalan pembangunan fisiknya, tapi juga program pemberdayaan masyarakatnya. Persoalannya, dampak yang ditimbulkan dari abrasi ini sangat kompleks dan multidimensial.
Untuk itu, Menurut Orang No Satu di Kota sagu ini, upaya penanggulangannya memang seharus melibatkan semua pihak, termasuk shering budget anggaran dengan Pemerintah Provinsi Riau dan Pusat.
”Meranti butuh dukungan alokasi anggaran yang sangat besar untuk menanggulangi abrasi.
Untuk itu, harus ada keterlibatan Pemerintah Riau dan Pusat,'' Kata Irwan.
Bupati Kabupaten Muda itu juga menambahkan, bahwa pihak Pemkab sedang berupaya menyusun program pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan peran swasta* (sumber: riauterkini.com)



 Tembok penahan tanah yang didanai PNPM MPd TA 2011 di desa Penyagun

Butuh perencanaan matang dan pemilihan struktur yang tepat untuk mengantisipasi abrasi pantai ini. Pada Tahun Anggaran 2011, desa Penyagun telah berhasil membangun tembok penahan tanah sepanjang 60 meter, tinggi 2.4 meter dengan biaya Rp 134.475.800,-
Dan sebagai antisipasi runtuhnya tembok penahan akibat abrasi pantai, pada depan dan belakang tembok penahan ditanam pohon bakau dan kayu api-api sebagai stabilitas tanah di masa yang akan datang.



Pemilihan jenis konstruksi Tembok Penahan Tanah yang tidak tepat 

Penulis menyarankan agar tembok penahan dibuat menggunakan material batu belah 20/25 cm yang bisa didapat dari Tanjung Balai Karimun
 Material yang ideal untuk tembok penahan tanah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar